Perbandingan Sifat Mie Instan, Mie Kering, dan Mie Basah yang Disubstitusi dengan Tepung Tulang Ayam

Authors

  • Dani Satrio Wicaksono Universitas PGRI Semarang
  • Prisma Indah Adinda Putri Universitas PGRI Semarang
  • Arinta Nisrina Hastri Universitas PGRI Semarang
  • Dini Noviantikasari Universitas PGRI Semarang
  • Iffah Muflihati Universitas PGRI Semarang
  • Sari Suhendriani Universitas PGRI Semarang
  • Fafa Nurdyansyah Universitas PGRI Semarang
  • Rizky Muliani Dwi Ujianti Universitas PGRI Semarang
  • Rini Umiyati Universitas PGRI Semarang

DOI:

https://doi.org/10.12928/jfc.v5i2.7476

Keywords:

mi basah, mi instan, mi kering, tepung tulang ayam, tulang ayam

Abstract

Tulang ayam merupakan salah satu hasil produk sampingan yang dianggap sebagai limbah yang tidak berguna. Tulang ayam dapat diolah menjadi tepung tulang ayam dan selanjutnya dapat digunakan dalam pengolahan makanan. Salah satu olahan pangan yang bisa disubstitusikan dengan tepung tulang ayam adalah pembuatan mie, baik mie kering, mie basah, ataupun mie instan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memanfaatkan limbah tulang ayam serta meningkatkan nilai gizi pada produk mie basah, mi kering, dan mi instan dengan dilakukan penambahan tepung tulang ayam pada proses pembuatannya. Pembuatan mie diawali dengan menimbang bahan yaitu tepung terigu, tepung tulang ayam, telur, air, dan garam. Semua bahan kering dicampurkan terlebih dahulu dalam baskom lalu ditambahkan telur yang telah dicampur air selanjutnya uleni hingga kalis. Adonan selanjutnya dibentuk lembaran kemudian dipotong dengan alat pencetak mie untuk membentuk untaian mie. Analisis yang dilakukan diantaranya daya serap, cooking loss, uji warna, kadar air. Hasil pengujian menunjukkan daya serap air tertinggi terdapat pada mi basah kontrol sebesar 87,85%. Hasil analisis cooking loss tertinggi yaitu 87,85 yang ditunjukkan oleh mi basah tulang ayam. Hasil uji warna L tertinggi yaitu mie basah kontrol sebesar 67,52%. Hasil uji warna a tertinggi terdapat pada mie kering tulang ayam sebesar 5,06%. Hasil uji warna b tertinggi terdapat pada mi kering kontrol yaitu sebesar 17,47%. Hasil analisis kadar air tertinggi ditunjukkan oleh mie basah kontrol sebesar 62,77%.

References

Agustin, I., Simamora, S., & Wulandari, Z. (2003). Pembuatan mie kering dengan fortifikasi tepung tulang rawan ayam pedaging. Media Peternakan, 26 (2), 52–59.

Anwar, C., Aprita, I. R., & Irmayanti. (2019). Kajian penggunaan jenis ikan dan tepung terigu pada kualitas kimia, fisik, dan organoleptik kamaboko. JFMR-Journal of Fisheries and Marine Research, 3 (3), 288–300. https://doi.org/10.21776/ub.jfmr.2019.003.03.2

AOAC. (2005). Kadar air AOAC.pdf.

Arif, D. Z. (2019). Kajian perbandingan tepung terigu (triticum aestivum) dengan tepung jewawut (setaria italica) terhadap karakteristik roti manis. Pasundan Food Technology Journal (PFTJ), 5 (3), 180–189.

Chen, Z., Schols, H. A., & Voragen, A. G. J. (2003). Starch granule size strongly determines starch noodle processing and noodle quality. Journal of Food Science, 68 (5), 1584–1589.

Daud, A., Suriati, S., & Nuzulyanti, N. (2019). Kajian Penerapan Faktor yang Mempengaruhi Akurasi Penentuan Kadar Air Metode Thermogravimetri. Lutjanus, 24 (2), 11–16.

Deman, J. M. (1997). Kimia makanan. Bandung: Penerbit ITB.

Faridah, A., & Widjanarko, S. B. (2014). Penambahan tepung porang pada pembuatan mi dengan substitusi tepung mocaf (modified cassava flour) Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, 25 (1), 98.

Indrianti, N., Kumalasari, R., Ekafitri, R., & Darmajana, D. A. (2013). Pengaruh penggunaan pati ganyong, tapioka, dan mocaf sebagai bahan substitusi terhadap sifat fisik mie jagung instan. Agritech, 33 (4), 391–398.

Merdiyanti, A. (2008). Paket teknologi pembuatan mie kering dengan memanfaatkan bahan baku tepung jagung. (Skripsi, Institut Pertanian Bogor, 2008).

Mulyaningsih, R. (2013). Pemanfaatan tepung tulang ayam (TTA) untuk meningkatkan kadar N, P, dan K pada pupuk organik cair industri limbah tahu. (Skripsi, Universitas Negeri Semarang, 2013).

Noli Novidahlia, Mardiah, & Sarifudin, A. (2011). Pembuatan Mie Kering Dengan Penambahan Tepung Tulang Ceker Ayam. Jurnal Pertanian, 2 (2), 103–109.

Nugrahani, M. D. (2005). Perubahan karakteristik dan kualitas protein pada mie basah matang yang mengandung formaldehid dan boraks. (Skripsi, Institut Pertanian Bogor, 2005).

Nugroho, S. A. (2018). Pengaruh penambahan tepung tulang ayam dan ampas tahu terhadap kandungan nutrisi dan kualitas kompos pelepah daun salak. (Skripsi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2018).

Oktaviya, E. E., Muflihati, I., Affandi, A. R., & Umiyati, R. (2021). Karakteristik sensoris mi instan tersubstitusi tepung ganyong termodifikasi secara fisik. JST (Jurnal Sains Terapan), 7 (2), 42–51. https://doi.org/10.32487/jst.v7i2.1085

Prameswari, R. L., Muflihati, I., Hasbullah, U. H. A., & Nurdyansyah, F. (2020). Karakteristik mi kering tersubstitusi tepung kimpul yang dimodifikasi secara fisik. Jurnal Teknologi Pangan, 14 (1), 83–95. https://doi.org/10.33005/jtp.v14i1.2185

Romlah & Haryadi. (1997). Sifat fisik adonan dan mie beberapa jenis tepung gandum dengan variasi penambahan kansui, telur dan tepung ubi kayu. (Tesis, Universitas Gadjah Mada, 1997)

Sumarlin, L. O. (2010). Identifikasi pewarna sintetis pada produk pangan yang beredar di Jakarta dan Ciputat. Jurnal Kimia VALENSI, 1 (6), 274–283. https://doi.org/10.15408/jkv.v1i6.239

Widiatmoko, R. B., & Estiasih, T. (2015). Karakteristik fisikokimia dan organoleptik mie kering berbasis tepung ubi jalar ungu pada berbagai tingkat penambahan gluten. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 3 (4).

Winarno, F. G. (2004). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Yadav, B. S., Yadav, R. B., Kumari, M., & Khatkar, B. S. (2014). Studies on suitability of wheat flour blends with sweet potato, colocasia and water chestnut flours for noodle making. LWT-Food Science and Technology, 57 (1), 352–358.

Downloads

Published

2022-12-31

Issue

Section

Articles