Determinan Keputusan Pekerja Mandiri menjadi Peserta Jaminan Kesehatan Nasional

Authors

  • Jumatra Laila Universitas Sriwijaya
  • Asmaripa Ainy Universitas Sriwijaya
  • Dian Safriantini Universitas Sriwijaya

DOI:

https://doi.org/10.12928/dpphj.v14i1.1804

Keywords:

self-employed, national health insurance, universal health coverage

Abstract

Background: National health insurance is mandatory for all Indonesians. In Ogan Ilir Regency, the lowest percentage (24,14%) of its participants in December 2016 was found in Indralaya Utara Sub-district, and self-employed participants in this sub-district were only 6,99%. This study aimed to analyze the determinants of the self-employed’s decision to become national health insurance participants in Indralaya Utara Sub-district. Method: This was a cross-sectional study. The population was self-employed in Indralaya Utara Sub-district. The sample was 108 respondents who were selected using cluster sampling and consecutive sampling techniques. Data analysis was conducted by univariate and bivariate with chi-square statistical test. Results: The results illustrated that 18,52% of respondents decided to become national health insurance participants. Variables with p-value<0,005 were: knowledge about national health insurance (p-value=0,011), trust (p-value=0.000), perception about national health insurance (p-value=0,000), attitude (p-value=0,000), income (p-value=0,002), family support (p-value=0,005). Variables with p-value≥0,005 were: education (p-value=0,234), perception about health facilities (p-value=0,162), distance to health facilities (p-value=0,355), health workers support (p-value=0,112). Conclusion:  In conclusion, percentage of self-employed who decided become national health insurance participants was still small. Associated factors to the decision of self-employed as participants were: knowledge about national health insurance, trust, perception about national health insurance, attitude, income and family support. It is suggested that the Social Security Administrative Body for Health should routinely conduct socialization on national health insurance to improve the percentage of its participation for self-employed and the benefits of national health insurance could be felt by the entire community.


Author Biographies

Jumatra Laila, Universitas Sriwijaya

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Asmaripa Ainy, Universitas Sriwijaya

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Dian Safriantini, Universitas Sriwijaya

Fakultas Kesehatan Masyarakat

References

1. Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 28 tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta; 2014.
2. DPR RI. dan PR. Indonesia nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Jakarta; 2011.
3. DPR RI. dan PR. Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 111 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan. Jakarta; 2013.
4. BPJS Kesehatan. Laporan Pengelolaan Program dan Laporan Keuangan Jaminan Sosial Kesehatan tahun 2017. Jakarta; 2019.
5. Pemerintah Kabupaten Ogah Ilir. LKIP:Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2017. Indralaya; 2018.
6. Misnaniarti. Analisis Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Pengembangan ‘Jaminan Sosial Kesehatan Sumatera Selatan Semesta’ Menyambut Universal Health Coverage. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia. 2013;2(3):118–25.
7. Widhiastuti IAP PP Januraga, DN Wirawan. Hubungan Persepsi Manfaat dengan Kepesertaan JKN Secara Mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur. Public Health and Preventive Medicine Archive. 2015;3(2):203–10.
8. Idris H. Analisis Triangle Kebijakan Publik Jaminan Kesehatan: Studi Kasus pada Sektor Informal di Indonesia. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2017;8(3):135–44.
9. Naralita W 1Iwan Stia Budi, Dian Safriantini. Peran Kemitraan Sektor Kesehatan dan Non Kesehatan dalam Perluasan Kepesertaan JKN di Kabupaten Banyuasin. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2017;8(1):56–66.
10. Kurniawati W Riris Diana Rachmayanti. Identifikasi Penyebab Rendahnya Kepesertaan JKN pada Pekerja Sektor Informal di Kawasan Pedesaan. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia. 2018;6(1):33–9.
11. Kusumaningrum A Muhammad Azinar. Kepesertaan Masyarakat dalam Jaminan Kesehatan Nasional Secara Mandiri. HIGEIA Journal of Public Health Research and Development. 2018;2(1):149–60.
12. Putro G dan Iram Barida. Manajemen Peningkatan Kepesertaan dalam Jaminan Kesehatan Nasional pada Kelompok Nelayan Non Penerima Bantuan Iuran (Non PBI). Media Litbangkes. 2017;27(1):17–24.
13. Ernawati CT Dhina Uswatul. Hubungan Kepesertaan JKN Mandiri dengan Pendapatan, Pengetahuan, Persepsi, Akses, dan Kepercayaan Masyakat Suku Sakai di Desa Petani Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Tahun 2018. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia. 2019;8(1):25–9.
14. Ervina L Dian Ayubi. Peran Kepercayaan Terhadap Penggunaan Pengobatan Tradisional Pada Penderita Hipertensi di Kota Bengkulu. Perilaku dan Promosi Kesehatan. 2018;1(1):1–9.
15. Wardiha MW. Analisis Komparatif Peran Adat dan Kepercayaan dalam Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Berkaca pada Adat yang Ada di Permukiman Tradisional. Jurnal Presipitasi : Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan. 2018;15(1):113–21.
16. Mutmainah NF. Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Kabupaten Bantul dalam Kepesertaan Program JKN-KIS. Jurnal Polinter Prodi Ilmu Politik. 2018;3(2):1–9.
17. Intiasari AD Laksono Trisnantoro, Julita Hendrartini. Potret Masyarakat Sektor Informal di Indonesia: Mengenal Determinan Probabilitas Keikutsertaan Jaminan Kesehatan Sebagai Upaya Perluasan Kepesertaan Pada Skema Non PBI Mandiri. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia. 2015;4(4):126–32.
18. Irawan B Asmaripa Ainy. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan pada Peserta Jaminan Kesehatan Nasional di Wilayah Kerja Puskesmas Payakabung, Kabupaten Ogan Ilir. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2018;9(3):189–97.
19. Laili N. Hubungan Sosialisasi Program BPJS terhadap Pemahaman tentang Hak Peserta BPJS Kesehatan di RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan. DIA, Jurnal Administrasi Publik. 2014;12(1):27–38.
20. Prasetyo B. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kepesertaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Mandiri pada Masyarakat Kelurahan Tanjung Puri Tahun 2015. Wawasan Kesehatan. 2016;3(1):81–9.
21. Melinda AS Antono Suryoputro. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Minat Masyarakat dalam Keikutsertaan BPJS Mandiri di Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2016;4(4):86–93.
22. Siswati S. Kualitas Pelayanan Kesehatan dengan Kepuasan Pasien BPJS di Unit Rawat Inap RSUD Kota Makassar. Jurnal Media Kesehatan Masyarakat. 2015;11(3):174–83.
23. Wijaya T Icha Fajriana. Tingkat Kepuasan Peserta JKN-KIS BPJS Kesehatan di Kota Palembang. Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis Islam. 2018;13(2):81–92.
24. Werdani KE Salma Binti Purwaningsih, dan Purwanti. Keikutsertaan Kepala Keluarga Desa Tegalsari Ponorogo dalam Jaminan Kesehatan Nasional. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia. 2017;5(1):85–91.
25. Yandrizal H Desri Suryani. Analisis Ketersediaan Fasilitas dan Pembiayaan Kesehatan pada Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional di Provinsi Bengkulu. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia. 2014;3(4):219–26.
26. Intarti WD Siti Nur Khoriah. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia. Journal of Health Studies. 2018;2(1):110–22.
27. Nadiyah H Subirman dan Dina Lusiana S. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepesertaan Progra JKN di Wilayah Kerja Puskesmas Remaja Kota Samarinda. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia. 2017;6(2):66–72.
28. Rumengan DSS JML Umboh,GD Kandou. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Pada Peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Paniki Bawah Kecamatan Mapanget Kota Manado. Jurnal Kesehatan Masyarakat Unsrat. 2015;5(1):88–100.
29. Siswoyo BE Yayi Suryo Prabandari, Yulita Hendrartini. Kesadaran Pekerja Sektor Informal terhadap Program Jaminan Kesehatan Nasional di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia. 2015;4(4):118–25.

Downloads

Published

2020-02-20