HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PELAKSANAAN GERAKAN SATU RUMAH SATU JUMANTIK DI DUSUN MEJING LOR AMBARKETAWANG GAMPING SLEMAN
DOI:
https://doi.org/10.12928/jkpl.v2i1.4158Keywords:
Social capital, Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik, DHFAbstract
Background : Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is still the main problem in Indonesia. Dengue disease control is to create individuals and communities who are independent in preventing and protecting themselves from dengue transmission through the optimization of 3M Plus PSN activities in addition to increasing public access to quality health services. One of the Dengue Control Missions is to promote aspects of empowerment and community participation as well as multi-sector partnerships.
Community empowerment in controlling DHF requires strong social capital to be able to foster mutual.t rust in cooperation, participation, mutual trust and prevailing norms
Mosquito breeding activities must be carried out in every house, public place and institution by the larvae monitor (Jumantik). To get optimal results, the Jumantik must be formed starting from each house by designating one of the family members as the jumantik (Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik)
Method : This research is an analytic observational research with crossectional research design that is studying the dynamics of the correlation between risk factors between social capital independent variables with the dependent variable in this study the implementation of Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik. The population in this study entire houses in Mejing Lor Ambarketawang Gamping Sleman. Samples were taken using total sampling technique in which samples using secondary data. Data was analysed with uji chi square of Software Statistic.
Result : Based on the research that has been done, the correlation coefficient between social capital and the implementation Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik is obtained, with the significance value on the results showing (p = 0,000 <0.05) which indicates a correlation. between social capital and the implementation of Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik in the Mejing Lor Village, Ambarketawang Gamping. While the analysis obtained RP 5.406 > 1 with Confident Interval (2.716 -10.752) which means that respondents with bad social capital are more likely to implement the Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik in the Mejing Lor Village, Ambarketawang Gamping is not good..
Conclusions :There is a Correlation between Social Capital and the Implementation Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik in the Mejing Lor Village, Ambarketawang GampingReferences
1. Abdullah, S. 2013 ‘Potensi dan Kekuatan Modal Sosial dalam Suatu Komunitas’, SOCIUS : Jurnal Sosiologi, 12, hal. 15–21. Available at: http://journal.unhas.ac.id/index.php/socius/article/view/381.
2. Chadijah, S., Rosmini dan Halimudin. 2011"Peningkatan Peranserta Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN-DBD) di Dua Kelurahan Di Kota Palu Sulawesi Tengah", Media Litbang Kesehatan, 21(4), hal. 184–190.
3. Dahlan, S. 2014 Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat (Seri 1 Edisi 6 Jakarta: Epidemiologi Indonesia. Hal. 165, 166, 170. 171. 174, 175, 179 dan 180.
4. Direktorat Jenderal Pengendalian dan Pencegahan Penyakit. 2015a.Pedoman Pengendalian Demam Berdarah Di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan. doi: 614,49Imd P.
5. Direktorat Jenderal Pengendalian dan Pencegahan Penyakit. 2015b.Pedoman Pengendalian Demam Berdarah Di Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan. doi: 614,49Imd P.
6. Direktorat Jenderal Pengendalian dan Pencegahan Penyakit. 2016a.Petunjuk Teknis Implementasi PSN 3M - Plus Dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik. Editor: galuh budi leksono Farchanny, Achmad. Widada , Sulistya.Subahagio.Simanjuntak, Rohani.Adhi. Jakarta: Kementrian Kesehatan.
7. Direktorat Jenderal Pengendalian dan Pencegahan Penyakit. 2016b.Petunjuk Teknis Implementasi PSN 3M - Plus Dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik. Editor : M. 5. dr. G. B. L. A. dr. Achmad Farchanny, MKM 2. dr. Sulistya Widada 3. Subahagio, SKM 4. Rohani Simanjuntak, SKM. Jakarta: Kementrian Kesehatan.
8. Dusun, K. (2017) Data Dusun Mejing Lor. Sleman.
9. Fidayanto,R.,Susanto,H.,Yohanan,A. dan Yudhastuiti.R(2013) Model Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Jurnal Kesehatan MasyarakatNasional Vol 7, no. 11 , hal.522-528
10. Firmadani,A,W,. Model One Home One Jumantik (Ohoju) Sebagai Pengembangan Jumantik Mandiri Dalam Upaya Peningkatan Self Reliance Dan Angka Bebas Jentik Di Kelurahan Karangrejo Kota Semarang.(2015). Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Univesitas Negeri Semarang, hal.83
11. Kasjono, H. S. K. 2016. ‘Hubungan Modal Sosial Dengan Partisipasi Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue Di Kabupaten Bantul’, hal. 17–21.
12. Kurniati, S. 2015."Peran modal sosial dalam pemberantasan wabah demam berdarah di Kelurahan Siaga Sorosutan". Yogyakarta.
13. Miryanti, K., Budi, I. S. dan Ainy, A. (2016) ‘Partisipasi Kader Jumantik Dalam Upaya Meningkatkan Angka Bebas Jentik (Abj) Di Puskesmas Talang Betutu’, hal. 168–173.
14. Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 137-140.
15. Pengvanich, V. and P Veerapong .2011 ‘Family leader empowerment program using participatory learning process for dengue vector control.’, J Med Assoc Thai., 94.(2), pp 235–41. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21534372.
16. Perkotaan, P. N. P. M. (Pnpm) M.-P. 2013.Penguatan modal sosial. Editor: Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat ( Pnpm ) Mandiri Perkotaan. Jakarta: Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum.
17. Profil Puskesmas Gamping 1 tahun 2018. Yogyakarta.hal 32
18. Santosa, H. (2015) Pedoman Penyelidikan Dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular Dan Keracunan Pangan (Pedoman Epidemiologi Penyakit). Kemenkes RI. Revisi .editor: H. Santosa. Jakarta: Kementerian Kesehatan.
19. Steva Tairas, G. D . Kandou, J. P. (2015) ‘Analisis Pelaksanaan Pengendalian Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Minahasa Utara’, Jikmu, 5(1), pp. 21–29.
20. Sucipto, P. T. dan Raharjo, M. (2015) ‘Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Jenis Serotipe Virus Dengue di Kabupaten Semarang’, Jurnal Kesling Indonesia, 14(2), hal. 51–56. doi: 10.3389/fphys.2015.00151.
21. Sugiyono, P. (2014) Metode Penelitian Kombinasi. edisi ke-5. bandung: alfabeta.
22. Sulaeman,E.S,Murti,Bhisma,.Waryana, (2015). Aplikasi Model Precede-Proceed Pada Perencanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan Berbasis Penilaian Kebutuhan Kesehatan Masyarakat, Jurnal Kedokteran Yarsi 23 (3) : 149-164
23. Supono, B. 2011 Peranan Modal Sosial Dalam Implementasi Manajemen Dan Bisnis, Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan Vol.11, No. 1, Hal 10 16
24. Surveilans DBD Seksi Pengendalian Penyakit Dinkes DIY .2017a.Situasi Demam Berdarah Dengue DIY.
25. Surveilans DBD Seksi Pengendalian Penyakit Dinkes Kab. Sleman 2017b. Situasi Demam Berdarah Kabupaten Sleman Tahun 2017. Yogyakarta.
26. Susanti Amalia . 2015. "Pengaruh Keberadaan Dan Jumantik Dewasa Terhadap Penemuan Larva Aedes aegypti Di Dusun Mejing Kidul Dan Dusun Mejing Lor Desa Ambarketawang Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman."Universitas Ahmad Dahlan.
27. Tapia-Conyer, R., Méndez-Galván, J. dan Burciaga-Zúñiga, P. 2012.‘Community participation in the prevention and control of dengue: the patio limpio strategy in Mexico’, Paediatrics and International Child Health, 32(sup1), pp. 10–13. doi10.1179/2046904712Z.00000000047.
28. World Health Organization. 2009. ‘Dengue: guidelines for diagnosis, treatment, prevention, and control’,Special Programme for Research and Training in Tropical Diseases, p. x, 147. doi: WHO/HTM/NTD/DEN/2009.1.
29. World Health and Organization .2011.Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. New Delhi India: World Health Organization