COMPARATIVE ANALYSIS THE COVERAGES OF FILARIASIS MASS PREVENTION DRUG (POPM) IN CENTRAL JAVA YEAR 2018: CASE STUDY IN GROBOGAN, SEMARANG, AND WONOSOBO

Authors

  • Setya Ningrum Faculty of Public Health, Ahmad Dahlan University, Yogyakarta
  • Rokhmayanti Rokhmayanti Faculty of Public Health, Ahmad Dahlan University, Yogyakarta
  • Mieng Nova Sutopo Center for Environmental Health Engineering and Disease Control, Yogyakarta

DOI:

https://doi.org/10.26555/eshr.v2i1.1872

Keywords:

Filariasis, POPM Filariasis, Grobogan, Semarang, Wonosobo

Abstract

Background: Filariasis is a disease caused by filarial worms and transmitted by mosquitoes that contain filarial worms. Pemberian Obat Pencegahan Masal (POPM) filariasis or Mass Prevention Drug is a program aimed to reduce the number of filariasis. The Survey of POPM in Grobogan, Semarang, and Wonosobo, shows there are different coverages of 65% and 85%. The purpose of this study is to compare the survey coverage of POPM filariasis. Seek the reason not to participate, and the characteristics of the respondents who did not take filariasis medicine in Grobogan, Semarang, and Wonosobo.

Methods: Descriptive quantitative study was used in this study by collecting secondary data of POPM survey coverage in Grobogan, Semarang, and Wonosobo year 2018. Descriptive and comparative analysis was applied to respondent characteristics, filaria POPM coverage, and elaborate the unconformity to the filaria medication. 

Results: Grobogan coverage is low compared to Semarang and Wonosobo. The respondent said about traveling, don't know, and age as the reason to not take the filariasis medication.

Conclusions: Among the three districts, Grobogan is the district with low filariasis medication coverage compared to Semarang and Wonosobo.

 

Author Biographies

Setya Ningrum, Faculty of Public Health, Ahmad Dahlan University, Yogyakarta

-

Rokhmayanti Rokhmayanti, Faculty of Public Health, Ahmad Dahlan University, Yogyakarta

-

Mieng Nova Sutopo, Center for Environmental Health Engineering and Disease Control, Yogyakarta

-

References

1. Yamin RA. Determinan Filariasis. Sidoarjo: Uwais Inspirasi Indonesia; 2019.

2. Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2019.

3. Goel TC, Goel A. Lymphatic Filariasis. Singapura: Springer; 2016.

4. Dinas Kesehatan Jawa Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah; 2019.

5. BBTKLPP Yogyakarta. Survei Cakupan POPM Filariasis dan Kecacingan Terpadu di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah Tahun 2018. Yogyakarta: BBTKLPP Yogyakarta; 2018.

6. BBTKLPP Yogyakarta. Survei Cakupan POPM Filariasis dan Kecacingan Terpadu di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah Tahun 2018. Yogyakarta: BBTKLPP Yogyakarta; 2018.

7. BBTKLPP Yogyakarta. Survei Cakupan POPM Filariasis dan Kecacingan Terpadu di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah Tahun 2018. Yogyakarta: BBTKLPP Yogyakarta; 2018.

8. Habibah Z, Sungkar S. Cakupan Pemberian Obat Pencegahan Massal Filariasis di Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun 2012-2013. J Kedokt Indones. 2015;3(3):199–203.

9. Harfaina, Hadisaputro S, Lukmono DT, Sakundarno M. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Minum Obat Sebagai Upaya Pencegahan Filariasis di Kota Pekalongan. J Ilm Permas J Ilm STIKES Kendal. 2019;9(1):1–6.

10. Nurlaila, Ginandjar P, Martini. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pengobatan Masal di Kelurahan Non Endemis Filariasis Kota Pekalongan. J Kesehat Masy. 2017;5(4):455–66.

11. Rusmini H, Suryawan B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap dan Perilaku Masyarakat Terhadap Kepatuhan Minum Obat Anti Filariasis di Kabupaten Bogor. J Med Heal Sci. 2014;1(3):1–15.

12. Rahardjo S, Kusumawati E. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan dengan Perilaku Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) pada Masyarakat Perkotaan dan Perdesaan di Kabupaten Banyumas. J Kesmasindo. 2011;4(2):150–8.

13. BPS Kabupaten Semarang. Statistik Daerah Kabupaten Semarang 2018. Ungaran: Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang; 2018.

14. Munthe S, Suryoputro A, Margawati A. Kinerja Petugas Kesehatan Program Penanggulangan Filariasis Pada Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Secara Massal (POPM) Filariasis di Kabupaten Nagekeo Nusa Tenggara Timur. Public Helath Sci J. 2018;10(2):1–8.

15. Anorital, Marleta DR, Kristina P. Studi Kajian Upaya Pemberian Obat Pencegahan Masal Filariasis Terhadap Pengendalian Penyakit Infeksi Kecacingan. J Biotek Medisiana Indones. 2016;5(2):95–103.

16. Sulistyaningsih N, Musthofa SB, Kusumawati A. Persepsi Masyarakat Terhadap Program Eliminasi Filariasis Melalui (POMP) Sebagai Upaya Pencegahan Filariasis di Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak. J Kesehat Masy. 2018;6(1):780–91.

17. Kementerian Kesehatan RI. Kepmenkes RI Nomor 893/MENKES/SKVIII/2007 Tentang Pedoman Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Pengobatan Filariasis. 2007.

18. Wahyono TYM, Purwantyastuti, Supali T. Filariasis di Indonesia. Bul Jendela Epidemiol. 2010;1(2):15–9.

19. Astuti EP, Ipa M, Wahono T, Ruliansyah A. Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Kepaatuhan Minum Obat Filariasis di Tiga Desa Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung Tahun 2013. Media Litbangkes. 2014;24(4):199–208.

20. Alamsyah A, Marlina T. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Cakupan Menelan Obat Massal Pencegah Filariasis. J Endur. 2016;1(1):17–21.

21. Isabella, Fitriangga A, Natalia D. Determinan Kepatuhan Minum Obat Anti Filariasis pada Masyarakat Desa Selat Remis Kecamatan Teluk Pakedai. J Kesehat Khatulistiwa. 2018;4(2):640–56.

Downloads

Published

2020-04-01

Issue

Section

Research Article